Minggu, 31 Oktober 2010

Bab 1 Fungsi Bahasa

1. Pengertian Bahasa

Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan mempergunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bukannya sembarang bunyi. Dan bunyi itu sendiri haruslah merupakan simbol atau perlambang.

2. Aspek Bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.

Arti yang terkandung dalam suatu rangkaian bunyi bersifat arbitrer atau manasuka. Arbitrer atau manasuka berarti tidak terdapat suatu keharusan bahwa suatu rangkaian bunyi tertentu harus mengandung arti yang tertentu pula. Apakah seekor hewan dengan ciri-ciri tertentu dinamakan anjing, dog, hund, chien atau canis itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat bahasa itu masing-masing.

3. Benarkah Bahasa Mempengaruhi Perilaku Manusia?

Menurut Sabriani (1963), mempertanyakan bahwa apakah bahasa mempengaruhi perilaku manusia atau tidak? Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel bahasa dan perilaku. Variabel tersebut adalah variabel realita. Jika hal ini benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya.

Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perlu dibuktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah perilaku menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis.

3. 1. Bahasa dan Realita

Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol dan tanda. Richards (1985) menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kausal antara objek (benda) yang dilambangkan kata itu dengan kata table.

Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa salah satu cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita.

3.2. Bahasa dan Perilaku

Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada pelaku komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik jika baik encoder maupun decoder sama-sama memiliki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986).

Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa dapat dijelaskan dengan teori-teori pemerolehan bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikannya juga akan membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.

4. Fungsi Bahasa

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.

Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.

Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).

Menurut Sunaryo (2000 : 6) Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).

Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.

4.1 Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri

Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya atau perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu.

Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita.

Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :

- agar menarik perhatian orang lain terhadap kita,

- keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi

Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri (Gorys Keraf, 1997 :4).

4.2 Bahasa sebagai Alat Komunikasi

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita.

Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

4.3 Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).

Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

4.4 Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.

Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

5. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Bahasa bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.

Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?

5.1 Bahasa yang Baik

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.

Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.

5.2 Bahasa yang Benar

Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.

Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek (1) tata bunyi (fonologi), (2)tata bahasa (kata dan kalimat), (3) kosa kata (termasuk istilah), (4), ejaan, dan (5) makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.

Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.

(1) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah pria.

Jika kata pada yang mengawali pernyataan itu ditiadakan, unsur tabel di atas menjadi subjek. Dengan demikian, kalimat itu benar. Pada aspek kosa kata, kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa yang benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi. Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal, kualitas, dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya konotatif (kiasan). Jadi penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa.

Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21)..

Kamis, 21 Oktober 2010

Aspek dan Karakteristik Manajemen Proyek








Aspek - aspek yang Mempengaruhi Managemen Proyek


Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)
dilaksanakan dengan berhasil. Dua serangkai ungkapan asing “doing the right thing (efficient)” dan “doing thing the right (effective)” bukanlah merupakan hal yang baru bagi pedoman melakukan suatu kegiatan.
Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka
waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang
sasarannya telah digariskan dengan tegas. Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan
penelitian dan pengembangan. Adapun ciri-ciri pokok sebuah
proyek adalah:
1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.
2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah ditentukan.
3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
4. Nonrutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Selain ciri di atas sebuah proyek harus mempunyai parameter. Parameter ini sangat penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek, antara lain:
1. Anggaran. Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran.
2. Jadwal. Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah ditentukan.
3. Mutu. Produk atau hasil kegiatan proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan. Sebagai contoh, bila hasil kegiatan proyek tersebut berupa instalasi pabrik, maka kriteria yang harus dipenuhi adalah pabrik harus mampu memenuhi tugas yangdimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intended use.
Langkah pertama merancang pelaksanaan proyek ialah membaginya ke dalam berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan perlu diidentifikasi dan hubungan antar kegiatan tersebut harus jelas.

Langkah kedua ialah menentukan skedul/jadwal kegiatan dalam proyek. Semua kegiatan disusun dalam suatu rencana yang menyeluruh, sehingga bisa diperkirakan kapan proyek tersebut akan selesai dan beroperasi secara komersial. Dalam hal ini biasanya digunakan bantuan teknik atau cara seperti bagan GANTT atau diperluas dengan mempergunakan analisis network seperti PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan CPM (Critical Path Method).
Kedua teknik ini merupakan suatu cara untuk merencanakan penyelesaian pekerjaan, memperkirakan waktu yang diperlukan. Secara formal kedua teknik ini sering didefinisikan sebagai suatu metode unutuk menjadwal dan menganggarkan sumber-sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan pada jadwal yang sudah ditentukan. Perancangan dari aspek manajemen ini akan menganalisa 3 faktor yang merupakan syarat yang harus di kerjakan agar suatu proyek dikatakan layak dari segi manajemen, yaitu:
1. Penentuan atau taksiran waktu (Duration Time).
2. Penentuan waktu dalam menyelesaikan suatu proyek atau urutan kegiatan.
3. Perencanaan Sumber Daya Manusia/tenaga kerja
4. Perkiraan biaya proyek.
5. Analisis hasil kelayakan proyek

Manajemen Proyek Badan Knowledge (PMBOK) adalah istilah inklusif yang menggambarkan
jumlah pengetahuan dalam profesi manajemen proyek. Seperti profesi lain seperti hukum, pengobatan, dan akuntansi, tubuh pengetahuan bersandar dengan para praktisi dan akademisi yang mendaftar dan kemajuan itu. Tujuan utama dari dokumen ini adalah untuk mengidentifikasi dan menggambarkan bahwa subset dari PMBOK yang berlaku umum. Yang berlaku umum berarti bahwa pengetahuan dan praktek dijelaskan berlaku untuk proyek-proyek paling sebagian besar waktu, dan bahwa ada konsensus luas tentang nilai dan kegunaan. Yang berlaku umum
tidak berarti bahwa pengetahuan dan praktek-praktek yang dijelaskan atau harus diterapkan seragam pada semua proyek, tim manajemen proyek selalu bertanggung jawab untuk menentukan apa yang tepat untuk setiap proyek tertentu. APAKAH PROYEK ITU?
Organisasi melakukan pekerjaan. Pekerjaan umumnya melibatkan baik operasi atau proyek,
walaupun kedua mungkin tumpang tindih.

APAKAH MANAJEMEN PROYEK?
Manajemen proyek adalah penerapan pengetahuan, keterampilan, peralatan, dan teknik
untuk proyek kegiatan dalam rangka untuk memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapan stakeholder
dari proyek. Memenuhi atau melampaui kebutuhan stakeholder dan harapan selalu
melibatkan menyeimbangkan tuntutan persaingan antara:
• Cakupan, waktu, biaya, dan kualitas.
• Para pemangku kepentingan dengan kebutuhan dan harapan yang berbeda.
• Mengidentifikasi persyaratan (kebutuhan) dan persyaratan tak dikenal (harapan).

Pengetahuan tentang manajemen proyek dapat diatur dengan berbagai cara.Dokumen ini
memiliki dua bagian utama dan 12 bab seperti yang dijelaskan di bawah ini.
manajemen proyek.
Bab 1, Pendahuluan, mendefinisikan persyaratan utama dan menyediakan gambaran dari sisanya
dokumen.
Bab 2, Konteks Manajemen Proyek, menggambarkan lingkungan yang proyek tersebut beroperasi. Tim manajemen proyek harus memahami hal ini lebih luas konteks-mengelola kegiatan sehari-hari dari proyek ini adalah diperlukan untuk sukses tetapi tidak cukup.
Bab 3, Manajemen Proyek Proses, menggambarkan pandangan umum tentang bagaimana manajemen proyek umumnya berbagai proses berinteraksi. Memahami ini interaksi adalah penting untuk memahami materi yang disajikan pada Bab 4 sampai 12.
Luas Pengetahuan Manajemen Proyek
Bagian II, Pengetahuan Manajemen Proyek Wilayah, menggambarkan manajemen proyek
pengetahuan dan praktek dalam hal proses komponennya.
Bab 4, Integrasi Manajemen Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa berbagai elemen dari proyek dikoordinasikan dengan benar. Ini terdiri dari rencana pengembangan proyek, rencana pelaksanaan proyek, dan pengendalian perubahan secara keseluruhan.
Bab 5, Ruang Lingkup Manajemen Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek tersebut mencakup semua pekerjaan yang diperlukan, dan hanya pekerjaan yang dibutuhkan, untuk menyelesaikan proyek dengan sukses. Ini terdiri dari inisiasi, perencanaan lingkup, definisi ruang lingkup, ruang lingkup verifikasi, dan kontrol lingkup perubahan.
Bab 6, Manajemen Waktu Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan
tepat waktu penyelesaian proyek. Ini terdiri dari definisi kegiatan, urutan kegiatan,
memperkirakan durasi kegiatan, jadwal pembangunan, dan pengendalian jadwal.
Bab 7, Manajemen Biaya Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proyek selesai sesuai dengan anggaran yang disetujui. Ini terdiri dari sumber daya
perencanaan, estimasi biaya, anggaran biaya, dan kontrol biaya.
Bab 8, Manajemen Mutu Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan
bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini terdiri dari perencanaan mutu, jaminan mutu, dan kontrol kualitas.
Bab 9, Manajemen Sumber Daya Manusia Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan
untuk membuat penggunaan paling efektif dari orang yang terlibat dengan proyek ini.Ini
terdiri dari perencanaan organisasi, akuisisi staf, dan pengembangan tim.
Bab 10, Manajemen Komunikasi Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memastikan generasi tepat waktu dan tepat, pengumpulan, diseminasi, penyimpanan, dan disposisi akhir dari informasi proyek. Ini terdiri dari komunikasi perencanaan, distribusi informasi, pelaporan kinerja, dan administrasi penutupan.
Bab 11, Proyek Manajemen Risiko, menggambarkan proses yang bersangkutan dengan
mengidentifikasi, menganalisis, dan menanggapi risiko proyek. Ini terdiri dari identifikasi risiko,
kuantifikasi risiko, risiko pengembangan respon, dan kontrol respon risiko.
Bab 12, Manajemen Pengadaan Proyek, menjelaskan proses yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa dari luar organisasi bermasalah. Ini terdiri perencanaan pengadaan, perencanaan permohonan, ajakan, pemilihan sumber, administrasi kontrak, dan kontrak close-out.

TERKAIT Berusaha
Beberapa jenis usaha erat berkaitan dengan proyek. Hal ini terkait usaha dijelaskan di bawah ini.
Program. Program adalah sekelompok proyek dikelola secara terkoordinasi untuk memperoleh manfaat tidak tersedia dari pengelolaan mereka secara individu [2].Banyak program juga termasuk elemen operasi yang sedang berlangsung. Sebagai contoh:
• The "Program pesawat XYZ" meliputi baik proyek atau proyek-proyek untuk merancang
dan mengembangkan pesawat serta manufaktur berlangsung dan dukungan bahwa kerajinan di lapangan.
• Banyak perusahaan elektronik memiliki "manajer program" yang bertanggung jawab untuk
kedua rilis produk individual (proyek) dan koordinasi dari beberapa rilis dari waktu ke waktu (sebuah operasi yang sedang berlangsung). Program juga mungkin melibatkan serangkaian usaha berulang atau siklus, untuk contoh:
• Utilitas sering berbicara dari tahunan "program pembangunan," biasa, yang sedang berlangsung
operasi yang melibatkan banyak proyek.
• Banyak organisasi nirlaba memiliki "program penggalangan dana," upaya berkesinambungan
untuk memperoleh dukungan keuangan yang sering melibatkan serangkaian proyek diskrit
seperti drive keanggotaan atau lelang.

Karakteristik Manajemen Proyek

Operasi dan proyek berbagi banyak karakteristik;
misalnya, mereka adalah:
• Dilakukan oleh orang-orang.
• Dibatasi oleh sumber daya yang terbatas.
• Direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan.

Sementara tidak berarti pendek durasinya; banyak proyek
berlangsung selama beberapa tahun. Dalam setiap kasus, bagaimanapun, durasi proyek adalah terbatas; proyek
tidak upaya yang sedang berlangsung.
Selain itu, sementara umumnya tidak berlaku untuk produk atau layanan diciptakan
oleh proyek. Sebagian besar proyek dilakukan untuk menciptakan hasil yang abadi.Misalnya,
sebuah proyek untuk mendirikan sebuah monumen nasional akan menciptakan sebuah hasil yang diharapkan untuk terakhir
berabad-abad.

Banyak usaha yang bersifat sementara dalam arti bahwa mereka akan berakhir di beberapa titik.
Misalnya, perakitan bekerja di sebuah pabrik otomotif akhirnya akan dihentikan.
Kriteria Pemilihan; FAQ; Kontak Redaksi; PPWI. Selayang Pandang Karakteristik Kota Siaga Bencana. KOPI , Jargon “Kota Siaga Masih banyaknya warga miskin yang tidak mampu untuk . dapat memtenuhi kriteria keberhasilan proyek. Kriteria Karakteristik manajemen proyek; Manajemen proyek dan organisasi Warta Training Bogor Office. Jl. Padang I Blok D1 . KONSEP DASAR MANAJEMEN PROYEK. Kegiatan Belajar 1 yang akhirnya tidak lain merupakan kontribusi warga karakteristik manajemen proyek suatu finished product, untuk pengertian dan kriteria proyek . karakteristik manajemen proyek ; project stakeholder. manajemen proyek dan perencanaan organisasi proyek.
Kriteria tersebut antara lain : Manfaat proyek, Kualitas proyek , Dalam manajemen proyek, perlunya pengelolaan yang baik dan terarah karena suatu .CRM System Berbasis Informasi Proyek Hadir di Tujuh Kota Utama Indonesia Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Nasional Wilson Lalengke, .Dalam melaksanakan manajemen proyek diperlukan komunikasi yang cukup intens, Unsur-unsur informasi manajemen pada proyek-proyek yang penting adalah : .Warta Bea Cukai Edisi 389. Scribd Archive > Charge to your Mobile Peristiwa Sebagai salah satu elemen warga dan pemerintah, DJBC ikut peduli .

Proyek Konteks Manajemen ialah Proyek dan manajemen proyek beroperasi dalam lingkungan yang lebih luas daripada proyek itu sendiri. Tim manajemen proyek harus memahami hal ini lebih luas konteks-mengelola kegiatan sehari-hari dari proyek ini adalah diperlukan untuk sukses tetapi tidak cukup. Bab ini menjelaskan aspek-aspek kunci dari manajemen proyek konteks tempat lain yang tidak tercakup dalam dokumen ini. Kehidupan Definisi siklus proyek juga akan menentukan tindakan transisi pada akhir proyek termasuk dan yang tidak. Dengan cara ini, proyek definisi siklus hidup dapat digunakan untuk menghubungkan proyek ke operasi yang sedang berlangsung dari menjalankan organisasi.
Urutan fasa ditentukan oleh siklus proyek yang paling hidup pada umumnya melibatkan beberapa bentuk transfer teknologi atau tangan-off seperti persyaratan untuk desain, konstruksi
dalam operasi, atau desain untuk manufaktur. Kiriman dari sebelumnya fase biasanya disetujui sebelum pekerjaan dimulai pada tahap berikutnya.

PROYEK STAKEHOLDERS
Proyek pemangku kepentingan adalah individu dan organisasi yang secara aktif terlibat dalam
proyek, atau yang mungkin kepentingan positif atau negatif terkena dampak sebagai akibat dari
pelaksanaan proyek atau penyelesaian proyek yang sukses. Tim manajemen proyek
harus mengidentifikasi para pemangku kepentingan, menentukan apa kebutuhan dan harapan,
dan kemudian mengelola dan mempengaruhi mereka harapan untuk memastikan proyek sukses.
identifikasi stakeholder sering sangat sulit. Sebagai contoh, adalah sebuah perakitan
garis kerja pekerja yang masa depannya tergantung pada hasil produk baru desain proyek stakeholder itu?
stakeholder kunci pada setiap proyek meliputi:
• Manajer Proyek-individu yang bertanggung jawab untuk mengelola proyek.
• Customer-individu atau organisasi yang akan menggunakan produk proyek.

PENGARUH ORGANISASI ialah Proyek biasanya bagian dari organisasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan proyek,
instansi pemerintah, institusi perawatan kesehatan, badan-badan internasional, asosiasi profesi,
dan lain-lain. Bahkan ketika proyek ini adalah organisasi (usaha patungan,
kemitraan), proyek ini masih akan dipengaruhi oleh organisasi atau organisasi yang
mendirikannya. Bagian berikut menjelaskan aspek-aspek kunci dari struktur organisasi yang lebih besar
yang mungkin mempengaruhi proyek.

KUNCI KETERAMPILAN MANAJEMEN UMUM ialah manajemen Umum adalah subjek yang luas yang berhubungan dengan setiap aspek mengelola
perusahaan yang sedang berlangsung. Di antara topik lain, meliputi:
• Keuangan dan akuntansi, penjualan dan pemasaran, penelitian dan pengembangan, produksi dan distribusi.
• Perencanaan strategis, perencanaan taktis, dan perencanaan operasional.
• struktur organisasi, perilaku organisasi, personal administrasi,
kompensasi, manfaat, dan karir path.
• Mengelola hubungan kerja melalui motivasi, delegasi, supervisi,
membangun tim, manajemen konflik, dan teknik lainnya.
• Mengelola diri melalui manajemen waktu pribadi, manajemen stres,
dan teknik lainnya.
Negosiasi melibatkan berunding dengan orang lain untuk datang ke istilah atau mencapai
perjanjian. Perjanjian dapat dinegosiasikan secara langsung atau dengan bantuan; mediasi dan arbitrasi
adalah dua jenis negosiasi dibantu.
Negosiasi terjadi sekitar banyak isu, di kali, dan pada tingkat banyak
proyek. Selama proyek yang khas, staf proyek cenderung untuk bernegosiasi
untuk setiap atau semua dari berikut ini:
• Ruang lingkup, biaya, dan tujuan jadwal.
• Perubahan lingkup, biaya, atau jadwal.
• Kontrak syarat dan kondisi.
• Tugas.
• Sumber Daya.

Pemecahan masalah melibatkan kombinasi dari definisi masalah dan pengambilan keputusan.
Itu berkaitan dengan masalah yang telah terjadi (sebagai lawan dari risiko
manajemen yang menangani masalah-masalah potensial).
Masalah definisi membutuhkan membedakan antara sebab dan gejala. Masalah
mungkin internal (karyawan kunci dipindahkan ke proyek lain) atau eksternal
(Izin yang diperlukan untuk memulai pekerjaan tertunda). Mempengaruhi organisasi melibatkan kemampuan untuk mengharuskan "menyelesaikan sesuatu." Ini sebuah
pemahaman yang baik dalam struktur formal dan informal dari semua organisasi
terlibat-organisasi melakukan, pelanggan, kontraktor, dan banyak
lain yang sesuai. Mempengaruhi organisasi juga membutuhkan pemahaman
mekanik kekuasaan dan politik.
Kedua kekuasaan dan politik yang digunakan di sini dalam indra positif mereka.Pfeffer [5] mendefinisikan kekuasaan sebagai "kemampuan potensial untuk mempengaruhi perilaku, untuk mengubah arah peristiwa, untuk mengatasi hambatan, dan untuk mendapatkan orang untuk melakukan hal-hal yang mereka akan tidak sebaliknya lakukan. "Dalam cara yang sama, Eccles [6] mengatakan bahwa" politik adalah tentang mendapatkan kolektif aksi dari sekelompok orang yang mungkin memiliki kepentingan berbeda. Ini adalah tentang menjadi bersedia untuk menggunakan konflik dan gangguan kreatif. Rasa negatif, tentu saja, berasal dari kenyataan yang mencoba untuk mendamaikan hasil ini kepentingan dalam perebutan kekuasaan dan permainan organisasi yang kadang-kadang dapat mengambil secara menyeluruh
tidak produktif kehidupan mereka sendiri.

Proyek Manajemen Risiko.
Internasionalisasi Sebagai organisasi semakin banyak terlibat dalam pekerjaan yang mencakup batas-batas nasional, semakin banyak proyek span batas-batas nasional. Selain tradisional
keprihatinan lingkup, biaya, waktu, dan kualitas, tim manajemen proyek harus
juga mempertimbangkan pengaruh perbedaan zona waktu, hari libur nasional dan regional,
perjalanan persyaratan untuk pertemuan tatap muka, logistik teleconferencing, dan
sering politik perbedaan volatile.
Pengaruh Budaya Budaya adalah totalitas "pola perilaku sosial menular, seni, keyakinan, institusi, dan semua produk lainnya dari pekerjaan manusia dan berpikir "[8]. Setiap proyek harus beroperasi dalam konteks satu atau lebih norma-norma budaya. Daerah ini meliputi pengaruh politik, ekonomi, demografi, pendidikan, etika, etnis, agama, dan lain bidang praktek, kepercayaan, dan sikap yang mempengaruhi cara orang dan organisasi
berinteraksi.

http://gianug.blogspot.com/2010/10/manajemen-proyek.html

Minggu, 10 Oktober 2010

Pengertian Manajemen Proyek dan Resiko

Pengertian Manajemen Proyek dan Manajemen Resiko

Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan sebuah proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi yang dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktifitas-aktifitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus menerus seiring dengan berjalannya waktu. Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktifitasnya haruslah berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide manajemen. Jadi dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu sama lainnya.

Ciri-ciri Manajemen Proyek

Mekanisme proyek dalam hubungannya dengan pengelolaan, organisasi dan sumber daya mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai berikut :

* Memimpin organisasi proyek dan beroperasi secara independen.
* Pembawa tunggal untuk mencapai satu tujuan proyek.
* Memerlukan bermacam-macam keahlian dan sumber daya.
* Bertanggung jawab menyatukan orang-orang dari berbagai fungsi/disiplin yang bekerja.
* Memfokuskan pada ketepatan waktu dan biaya


Pengertian Proyek


Sebuah proyek merupakan suatu usaha atau aktifitas yang kompleks, tidak rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran, resources dan spesifikasi performansi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebuah proyek juga dapat diartikan sebagai upaya atau aktifitas yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana serta sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan pemberdayaan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan harapan penting tertentu. Aktifitas atau kegiatan pada proyek merupakan sebuah mata rantai, yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan kemudian dilaksanakan, sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaannya semula. Proyek merupakan aktifitas yang bersifat temporer. Selalu ada pembatasan dalam pelaksanaannya dan juga dalam skala tertentu.

Jadi dapat kita simpulkan dari masing-masing pengertian manajemen dan proyek. Apabila digabungkan, Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu pula. Manajemen proyek sangat cocok untuk suatu lingkungan bisnis yang menuntut kemampuan akuntansi, fleksibilitas, inovasi, kecepatan, dan perbaikan yang berkelanjutan.

Kegiatan proyek biasanya dilakukan untuk berbagai bidang antara lain sebagai berikut:

o Pembangunan fasilitas baru. Artinya merupakan kegiatan yang benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, sehingga ada penambahan usaha baru.

o Perbaikan fasilitas yang sudah ada. Merupakan kelanjutan dan usaha yang sudah ada sebelumnya. Artinya sudah ada kegiatan sebelumnya, namun perlu dilakukan tambahan atau perbaikan yang diinginkan.

o Penelitian dan pengembangan. Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan untuk suatu fenomena yang muncul di masyarakat, lalu dikembangkan sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


Dalam prakteknya, timbulnya suatu proyek disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

o Adanya permintaan pasar. Artinya adanya suatu kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hal mi disebabkan karena jenis produk yang tersedia belum mencukupi atau memang belum ada sama sekali.

o Untuk meningkatkan kualitas produk. Bagi perusahaan tertentu proyek dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu suatu produk. Hal mi dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang ada.

o Kegiatan pemerintah. Artinya merupakan kehendak pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat atas suatu produk atau jasa, sehingga perlu disediakan berbagai produk melalui proyek-proyek tertentu.

Ada banyak definisi tentang resiko, resiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hokum). (Wikipedia)

Manajemen resiko adalah rangkaian langkah-langkah yang membantu suatu perangkat lunak untuk memahami dan mengatur ketidak pastian (Roger S. Pressman).
Jenis Resiko Teknologi :
- Komponen file tidak lengkap
- Sistem operasi tidak kompatibel, device tidak dikenal
- Perangkat keras tidak mendukung (mis: resolusi monitor, resolusi printer)
- Spesifikasi tidak memenuhi
- Kualitas Network dibawah standar kebutuhan
- Browser, software tidak memenuhi

Contoh kasus Manajemen Proyek dan Resiko

1. Perusahaan memutuskan untuk tidak menambah utang baru untuk membangun kembali gedung yang terbakar berserta asetnya, namun menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru ini tidaklah murah karena perusahaan harus mengeluarkan underwriting fees. Skenario lain yang mungkin muncul adalah pada saat yang sama, perusahaan sebenarnya memiliki sebuah proyek investasi yang sangat prospektif dan membutuhkan dana misalnya 2 triliun rupiah, yang kebetulan persis sebesar kerugian akibat kebakaran tersebut. Seandainya perusahaan tidak memiliki uang di atas jumlah itu, dana sebesar 2 triliun itu harus digunakan untuk membangun kembali pabrik dan asetnya, akibatnya proyek investasi baru itu harus didanai dari sumber lain seperti utang baru atau penerbitan saham baru.


2. Di Indonesia belum ada Ahli hukum kontrak bidang konstruksi, dilain pihak pembayaran Ahli hukum kontrak konstruksi dari luar negeri sangat mahal, sementara yang dilakukan pemerintah adalah dengan menunjuk Tim Pengganti ahli hukum kontrak konstruksi yang anggotanya terdiri dari pejabat-pejabat yang dipandang menguasai hukum kontrak konstruksi.
Sertifikat tanda mengikuti Diklat Nasional Perikatan Hukum Kontrak & Manajemen Proyek ini minimal dapat dijadikan salah satu syarat untuk diangkat sebagai anggota Tim Pengganti Ahli Hukum Konstruksi di Instansinya masing – masing.

3. Manajemen risiko yang efektif juga mengurangi kemungkinan financial distress, yaitu keadaan di mana perusahaan mengalami kesulitan yang serius untuk memenuhi kewajibannya, baik bunga maupun pokok pinjaman. Misalkan perusahaan sepatu di atas tidak melakukan asuransi terhadap potensi kebakaran pabrik, perusahaan harus membangun kembali pabrik beserta aset di dalamnya dengan dana yang diusahakannya sendiri. Apabila kas perusahaan ternyata tidak cukup untuk itu, perusahaan terpaksa harus meminjam dari lembaga keuangan seperti bank. Pinjaman yang bertambah meningkatkan potensi financial distress perusahaan. Oleh karena itu, manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi kemungkinan ini

http://terorblade.blogspot.com/2010/09/pengertian-manajemen-proyek-dan.html